Refleksi Hari Sumpah Pemuda: Peran Pemuda – Masih Relevan atau Sudah Mati?
Tahun ini tahun yang berat buat banyak orang, termasuk kami yang masih dilabeli ‘anak muda’. Tidak mudah menjalani kegiatan akademik di masa-masa sulit seperti ini.
Bagi yang akan bekerja juga tidak mudah. Seringkali dibilang terlalu idealis dan terlalu out of the box pemikirannya, nanti tidak nyambung sama pekerja lainnya gimana?
Belum lagi dengan informasi yang seliweran setiap detiknya di sosial media kami. Pernah ga sih merasa kayak ‘ya udah aja’ dengan informasi yang banyak? Susah sekali membagi waktu pribadi kami, apalagi menyaring informasi-informasi tersebut.
Bagi beberapa di antara kami yang akan berkeluarga, banyak juga yang harus dipersiapkan. Persiapan akan finansial yang kokoh, pengetahuan parenting yang baik, jenjang karir yang sudah direncanakan matang-matang, dan juga persiapan mental sebagai orang tua nantinya. Belum lagi kami perlu berhadapan dengan budaya-budaya sekitar yang masih kolot, tidak berintegritas, dan tidak mengembangkan potensi kami.
Sahabatku, aku paham betul segala kecemasan, amarah, dan penyesalan yang sedang kamu rasakan di masa seperti ini. Aku pun masih berjuang menghadapi semua itu, kurasa memang itulah tantangan yang harus kita hadapi.
Ekspektasi orang lain, keinginan pribadi, semuanya harus dipertimbangkan dengan matang. Aku percaya kalau setiap pilihan itu pasti punya konsekuensi, dan kita tidak akan pernah tau apabila kita memilih jalan sebaliknya.
Aku hanya ingin berpesan beberapa hal pada generasi kita, ini kuambil dari perjalanan kehidupan yang sudah kutempuh 20 tahun lebih di Bumi ini.
Pertama, jangan pernah malu apabila kita dicap ‘idealis’. Idealis itu punya posisi yang penting loh dalam hal apapun, tapi jangan lupa sandingkan dengan realita yang sedang terjadi ya. Idealis itu bukan hanya orang yang punya pemikiran yang ideal, tapi juga orang yang mau memperjuangkan kondisi tersebut.
Kedua, tingkatkan budaya literasi kita dan jangan takut untuk berbicara tentang opini kita, dalam kaidah yang wajar dan tidak melukai orang lain. Tanpa adanya pemuda, fungsi pemerintah akan sangat sulit dikendalikan dan diawasi. Kitalah corong-corong penerus aspirasi masyarakat sekitar kita.
Ketiga, selalu peduli dan peka pada isu yang terjadi di sekitar. Jangan tenggelam dalam ambisi pribadi yang menghapuskan identitas kita sebagai makhluk sosial. Pahami pula betapa pentingnya kesehatan mental bagi diri kita dan juga orang lain.
Terakhir, petakan tujuan dan arah yang ingin kamu capai dengan berbekal kreativitas dan inovasi dalam setiap tantangannya. Setiap orang punya jalan masing-masing kok, dan kamu boleh beristirahat kalau kamu sedang penat tapi jangan mudah menyerah ya!
Aku percaya kita semua bisa melalui masa sulit ini bersama. Peran kita terdengar sepele, bahkan banyak yang bilang peran pemuda sudah pudar. Kata mereka, sudah bukan zamannya lagi pemuda eksis di depan umum.
Bagiku tidak, kitalah penentu keberlanjutan negeri ini. Terkait kontribusi apa yang bisa kita lakukan, bentuknya seperti apa dan sejauh apa, kurasa itu kembali lagi ke prioritas tiap orang dan sesuai kebutuhan zamannya, apa yang ingin dicapai untuk kepentingan bersama.
Percayalah, ada maksud mengapa kita terlahir di zaman ini, untuk membawa perubahan yang lebih baik lagi!