URUN, Dari Mata Turun ke Hati
Paskah merupakan hari raya bagi umat Katolik seluruh dunia. Rabu Abu merupakan penanda bahwa masa berpantang dan berpuasa atau masa Prapaskah telah dimulai.
Gereja menyusun jadwal jalan salib, pengakuan dosa, dan pekan suci. Orang Muda Katolik (OMK) mempersiapkan diri untuk mengadakan visualisasi kisah sengsara Yesus. Bapak dan ibu di setiap wilayah telah mengatur jadwal pertemuan Aksi Puasa Pembangunan (APP) sedemikian rupa.
Nampaknya, Tuhan belum berkehendak atas rencana-rencana itu.
Minggu Prapaskah pertama orang mulai menangkupkan tangan sebagai ganti salam damai.
Minggu Prapaskah kedua, air suci yang menghiasi pintu gereja tergantikan oleh cairan handsanitizer dan wastafel darurat.
Minggu Prapaskah ketiga, gereja nampak sepi kala ekaristi.
Minggu Prapaskah keempat, berbagai komunitas menyiarkan ekaristi lewat media komunikasi. Misa online, katanya.
Minggu Prapaskah kelima pun masih begitu. Tidak ada lagi arak-arak daun palma, tradisi pembasuhan kaki, dan penciuman salib. Lilin Paskah yang megah digantikan oleh lilin kecil yang kubeli di warung kelontong sebelah.
Minggu Paskah, lagi-lagi aku di depan laptop dengan berpasrah. Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus sudah di depan mata, namun umat belum bisa menerima hosti dan anggur secara nyata.
Dari dan Oleh Urun bagi Sesama
Prapaskah kali ini menyatukan Pemapan 2017 dalam sebuah proyek nyata dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Berawal dari diskusi kecil, kami yang di Jogja ingin membuat digital campaign mengenai isu ini. Tidak berapa lama, grup Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang) mulai ramai membicarakan gerakan yang lebih nyata di masyarakat, yaitu pembagian handsanitizer.
Lewat sharing di grup Pemapan 2017 diketahui bahwa kami memiliki ide gerakan yang hampir sama mengenai situasi ini. Oleh karena itu, kami ber-30 memutuskan untuk membuat gerakan bersama yang dinamai Urun.id.
1. Urun Disiplin
Dalam gerakan Urun Disiplin, saya bergabung bersama Alfred dan Siska untuk membahas tema gereja. Kami membuat grup kecil untuk mendiskusikan hal-hal terkait gereja di masa pandemi ini.
Mbak Tika dan Mbak Nana (Pemapan 2005) turut serta memberikan informasi dan bahan diskusi untuk kami.
Dalam tema gereja, kami mengangkat tiga sub-topik yaitu, kebijakan gereja, berkat Urbi et Orbi, dan Kebijakan Ignatius dalam menghadapi pandemi.
Saya berkesempatan untuk membuat konten tentang kebijakan gereja. Saya membaca kebijakan beberapa keuskupan di Indonesia dalam menyikapi situasi saat ini.
Peniadaan misa umum dan kegiatan lainnya menunjukkan keseriusan dan kepedulian Gereja Katolik terhadap keselamatan umatnya.
Di dalam tema ini, kami juga membagikan kutipan ayat lewat fitur Instagram Story. Melalui template yang dibagikan, kami mengajak pembaca untuk bersyukur atas 5 hal di tengah pandemi ini. Kami juga mengadakan sharing session sederhana untuk mengumpulkan dan membagikan pengalaman rohani para pembaca
2. Urun Dana
Di awal perjalanan Urun Disiplin, beberapa teman yang tergabung dalam kelompok kecil berdiskusi dan menginisiasi gerakan Urun Dana. Teman-teman ‘di balik layar’ sudah menyiapkan ide dan konsep yang matang.
Saya salut dengan teman-teman ini. Untuk membantu gerakan ini, saya menyediakan diri untuk menjadi penanggungjawab distribusi dan logistik daerah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Rosa.
Tim Jawa Tengah-DIY terdiri dari saya, Audrey, Kevin (Solo); Rosa, Verena, Elwina (DIY); Martin, Dedi, Aldo (Semarang); Aloy dan Retha (Klaten); juga Devi di Purwokerto. Untuk keperluan proposal, tim Jawa Tengah-DIY mengumpulkan informasi mengenai rumah sakit rujukan dan target daerah untuk pembagian sembako.
Dalam penyebaran informasi, saya menggunakan media Instagram, Twitter, dan Whatsapp. Saya juga meminta saudara untuk menyebarkan informasi penggalangan dana. Saya merasa pesimis untuk menarik donatur dari lingkungan pertemanan dan saudara karena sudah ada berbagai penggalangan dana yang dikemas secara menarik. Walaupun begitu, saya tetap berusaha menyebarkan informasi mengenai niat baik Pemapan 2017.
Seiring berjalannya waktu, tim distribusi berdiskusi dan memutuskan bahwa pembagian sembako dipusatkan di Daerah Istimewa Jakarta (DKI) dan Jawa Barat, sementara alat pelindung diri (APD) akan didonasikan ke Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur.
Adanya keputusan tersebut membuat kami tim Jateng-DIY mendata ulang kebutuhan rumah sakit rujukan. Berdasarkan informasi yang didapat, banyak rumah sakit yang membutuhkan masker bedah dan masker N95.
Hal ini saya sampaikan ke forum tim distribusi untuk dipertimbangkan bersama. Sayangnya, harga yang tinggi dan banyaknya penipuan masker mengurungkan niat kami untuk membeli kebutuhan tersebut.
APD yang kami donasikan berupa hazmat, face shield, handscoon, non-coverall gown, dan vitamin C. Untuk wilayah Jawa Tengah-DIY didonasikan ke 3 rumah sakit di Solo, 5 rumah sakit di Yogyakarta, dan 4 rumah sakit di kota Semarang.
Di tengah distribusi, diketahui bahwa dana pembelian APD masih tersisa, sehingga diusulkan adanya pembagian masker kain dan/ menu buka puasa dan/ sembako di kota-kota yang belum mendapat donasi seperti Klaten, Purwokerto, Madiun, Kediri, dan luar Jawa.
Hal baik datang dari Aloy dan kawan-kawan OMK di Ketandan, Klaten. Kolaborasi yang dilakukan mampu mengetuk hati banyak orang sehingga lebih dari 1500 bungkus nasi dapat dibagikan kepada mereka yang membutuhkan.
3. Urun Ilmu
Partisipasi saya dalam Bhumiksara Class sebatas menjadi peserta. Saya mengikuti 3 kelas yang sudah diselenggarakan. Kelas-kelas ini memberikan pengetahuan, semangat, dan motivasi bagi saya pribadi.
Terima kasih, Urun
Selama persiapan dan pelaksanaan kegiatan Urun.id berbagai hal positif datang silih berganti, baik kepada Urun.id maupun saya pribadi.
Urun Disiplin mengantarkan saya pada percakapan dan diskusi bersama Alfred, Siska, Mbak Nana, dan Mbak Tika. Dalam mengeksplorasi materi kebijakan gereja, saya merasa sedih akibat peniadaan ekaristi sekaligus bangga akan keseriusan Gereja Katolik dalam mengadapi pandemi ini.
Pada sharing session tentang pengalaman Misa online, saya mendapati beberapa pembaca yang kurang menghayati, terharu, bahkan bersikap khidmat saat merayakan ekaristi dalam jaringan (daring).
Rasa haru dan sikap khidmat pembaca menyentil saya yang pada saat itu belum bisa memaknai Misa online secara penuh. Konten teman-teman yang lain membuka wawasan, pengetahuan, dan membangun kesadaran berbagai hal di tengah pandemi.
Hal utama yang saya syukuri dalam Urun Dana adalah terjalinnya relasi dan kerjasama yang kuat di antara kami.
Saya merasa gembira dan bersemangat atas percakapan, diskusi, dan proses pengambilan keputusan tim distribusi. Melalui tim ini, saya bisa mengenal dan berinteraksi dengan Odi, Rosa, Bene, Ones, Bonita, dan Nia.
Antusiasme teman-teman Jawa Tengah-DIY membuat api semangat makin berkobar. Survey baju hazmat yang dilimpahkan ke tim Solo, membuat saya, Audrey, dan Kevin menjalin keakraban satu sama lain.
Bhumiksara Class “Sehat Mental Fisik Selama Pandemi” membuka pengetahuan saya mengenai COVID-19 secara lebih luas. Sesi sehat mental membuat saya lebih aware terhadap kesehatan mental pribadi.
Kelas karir bersama Mbak Irma memunculkan keberanian saya untuk keluar dari zona nyaman dengan cara menghubungi dosen pembimbing skripsi.
Dari Bhumiksara Class saya menyadari bahwa berbagi tidak melulu soal materi. Sedikit pengetahuan dan ketrampilan yang dibagikan memberikan berbagai manfaat bagi orang lain.
Urun adalah kasih
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran (1 Korintus 13:4-6).
Urun adalah kasih.
Urun adalah perpanjangan tangan Tuhan. Lewat Urun, Pemapan 2017 berkarya untuk sesama.
Lewat Urun, para donatur membagikan kasihnya.
Lewat Urun, narasumber membagikan keahliannya.
Lewat Urun, tenaga medis tersenyum lega.
Lewat Urun, pahlawan sampah menangis bahagia.
Terima kasih Urun, sudah mengizinkan saya mengambil bagian dalam kasihmu.