Romo Kadarman dari Sudut Pandang Seorang Gusdurian (3)
“Buku ini berisi harta karun yang diwariskan dan sudah seharusnya harta karun ini dijadikan social capital untuk membangun transformasi sosial melalui berbagai hal.” – Alissa Q. Wahid
Dalam bedah buku Darma Kadarman yang dilaksanakan pada Sabtu 8 Mei 2021, Alissa Q. Wahid yang merupakan koordinator jaringan Gusdurian ikut memberikan pendapatnya tentang buku yang membahas rintisan, pendidikan, dan kaderisasi seorang Romo Kadarman.
Menyebutkan bahwa apa yang diwariskan oleh Romo Kadarman adalah sebuah harta karun, Alissa Wahid membandingkan Romo Kadarman dengan Gus Dur yang sama-sama seorang pemimpin yang nilai dan gagasannya masih mengalir hingga detik ini.
Alissa Wahid mengaitkan transformasi sosial dan kepemimpinan seorang Romo Kadarman yang secara pribadi dapat dia bayangkan melalui bacaan Darma Kadarman.
Romo Kadarman dalam perjalanan hidupnya menciptakan suatu sistem sosial yang membangun kesadaran bagi setiap komponen yang terlibat di dalamnya dan jelas hal ini sejalan dengan perkataan C. Otto Schamer yang menyatakan kualitas hasil yang diciptakan sebuah sistem sosial ditentukan oleh kualitas kesadaran yang mendasari tindakan para pelaku di dalam sistem tersebut.
Dasar dan organisasi yang dibangun Romo Kadarman selama hidupnya membuktikan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang mampu berpikir jauh ke depan untuk masa depan dan kebutuhan bangsa Indonesia.
Ada banyak hal yang membatasi seorang manusia untuk terlibat aktif dalam suatu sistem sosial seperti voice of judgement yang membuat kita menghakimi orang lain, voice of cynicism yang membuat kita dapat memandang kelompok sosial lain lebih rendah keberadaannya, dan voice of fear yaitu rasa takut bahwa kelompok sosial lain tidak bisa berjalan bersama kelompok sosial yang sedang kita tekuni.
Pemimpin-pemimpin hebat di dunia termasuk Romo Kadarman mampu mematahkan stigma tersebut melalui open mind, open heart, dan open will yang digambarkan dengan jelas dalam buku Darma Kadarman.
Alissa Wahid membahas Romo Kadarman dalam potret 5 levels of leadership yang ia dapatkan setelah membaca Darma Kadarman. Ia menyebutkan Romo Kadarman adalah sosok yang luar biasa yang mampu menjadi seorang inisiator, ketua, direktur, dan rektor yang sebenarnya kepemimpinan dalam dirinya jauh melampaui setiap posisi-posisi tersebut. Ia adalah pemimpin yang memiliki karakter dan kredibilitas diri yang kuat sehingga orang-orang mau dan percaya untuk berproses bersamanya.
Romo Kadarman juga mampu mempersiapkan dan melahirkan pemimpin-pemimpin muda untuk masa depan karena nyatanya pemimpin kelompok sosial tidak hanya berpikir tentang dapur organisasi saat ini, tapi juga perlu menciptakan penerus untuk melanjutkan setiap nilai dan gagasan yang ada dalam kelompok sosial tersebut.
Alissa Wahid menilai bahwa Yayasan Bhumiksara dan Jaringan Gusdurian memiliki semangat yang sama yaitu memupuk nilai-nilai warisan dari tokoh-tokoh pendahulu seperti Romo Kadarman dan Gus Dur.
Kedua tokoh tidak hanya menjadi seorang pemimpin transformatif, namun juga memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan pemimpin baru untuk masa depan.
Alissa Wahid berharap jika ke depannya para Bhumiksarawan akan terus melanjutkan ‘harta karun’ yang sudah diwariskan dan dituliskan dalam buku Darma Kadarman ini.